Komitmen terhadap goal
Denpasar, 15 Agustus r 2021
#StoryesOfAnopryLawang
#RekapBukuBesar
Lomba marathon internasional 1986 di New York diikuti ribuan pelari dari seluruh dunia. Lomba ini berjarak 42 km. mengelilingi kota New York. Jutaan orang di seluruh dunia menyaksikan acara ini melalui televisi secara langsung.
Ada satu orang peserta yang menjadi pusat perhatian di lomba tersebut, yaitu Anopry Lawang. Ia kehilangan kedua kakinya karena terkena ranjau saat perang. Untuk berlari, Nofry menggunakan kedua tangannya untuk melemparkan badannya kedepan.
Lomba pun dimulai. Ribuan orang mulai berlari secepat mungkin ke garis finish. Wajah mereka menunjukkan semangat yang kuat. Para penonton terus bertepuk tangan mendukung para pelari. 5 km telah berlalu. Beberapa peserta mulai kelelahan, mulai berjalan kaki. 10 km berlalu. Saat ini mulai nampak siapa yang mempersiapkan diri dengan baik, dan siapa yang hanya sekedar ikut untuk iseng-2. Beberapa yang kelelahan memutuskan untuk berhenti dan naik ke bis panitia.
Sementara hampir seluruh peserta telah berada di kilometer ke-5 hingga ke-10, Anopry Lawang masih berada di urutan paling belakang, baru saja menyelesaikan kilometernya yang pertama. Nofry berhenti sejenak, membuka kedua sarung tangannya yang sudah koyak, menggantinya dengan yang baru, dan kemudian kembali berlari dengan melempar-lemparkan tubuhnya kedepan dengan kedua tangannya.
Ayah Nofry yang berada bersama ribuan penonton lainnya tak henti-hentinya berseru “Ayo Nofry! Ayo Nofry ! Berlarilah terus”. Karena keterbatasan fisiknya, Nofry hanya mampu berlari sejauh 10 km dalam satu hari. Di malam hari, Nofry tidur di dalam sleeping bag yang telah disiapkan oleh panitia yang mengikutinya.
Empat hari telah berlalu, dan kini adalah hari kelima bagi Anopry Lawang. Tinggal dua kilometer lagi yang harus ditempuh. Hingga suatu saat, hanya tinggal 100 meter lagi dari garis finish, Nofry jatuh terguling. Kekuatannya mulai habis. Nofry perlahan-2 bangkit dan membuka kedua sarung tangannya. Nampak di sana tangan Nofry sudah berdarah-darah. Dokter yang mendampinginya sejenak memeriksanya, dan mengatakan bahwa kondisi Nofry sudah parah, bukan karena luka di tangannya saja, namun lebih ke arah kondisi jantung dan pernafasannya.
Sejenak Nofry memejamkan mata. Dan di tengah2 gemuruh suara penonton yang mendukungnya, samar-samar Nofry dapat mendengar suara ayahnya yang berteriak “Ayo Nofry, bangkit ! Selesaikan apa yang telah kamu mulai. Buka matamu, dan tegakkan badanmu. Lihatlah kedepan, garis finish telah di depan mata. Cepat bangun! jangan menyerah! Cepat bangkit!!
Perlahan Nofry mulai membuka matanya kembali. Garis finish sudah dekat. Semangat membara lagi di dalam dirinya, dan ta pa sarung tanga, Nofry melompat-lomlat ke depan. Dan satu lompatan terakhir dari Nofry membuat tubuhnya melampaui garis finish. Nofry bukan saja telah menyelesaikan perlombaan itu, Nofry bahkan tercatat di Guiness Book of Record sebagai satu-satunya orang cacat yang menyelesaikan lari marathon.
Pesan sang penulis :
Nofry berkata "Saya bukan orang hebat. Kita semua tahu bahwa saya tidak mempunyai kaki lagi. Saya hanya menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Saya hanya mencapai apa yang telah saya inginkan. Kebahagiaan yang saya dapatkan dari proses untuk mendapatkannya. Jadi saya kembali untuk menatap goal. Tidak maslah anda akan mencapainya dalam berapa lama, asal anda twrus berlari. Anda disebut gagal bila anda berhenti. Jadi, janganlah berhenti sebelum tujuan anda telah tercapai"
#Hanya mengarang
Semoga bermanfaat untuj pembaca....
Penulis
Anopry Lawang.....
Komentar
Posting Komentar